Sabtu, 11 April 2015

Cerita Seks : Tanteku Makin Kegirangan

Standard
14.46

Sebelum aku menulis isi dari cerita ini, aku akan memberikan gambaran sekilas tentang tanteku ini. Tingginya sekitar 167-an, lingkar dadanya sekitar 34-an, pinggulnya 32-an, aku menambahkan "an" karena aku kurang tahu pasti besar masing-masing bagian tubuhnya itu.

Kejadian itu terjadi di Denpasar Bali, tahun 1998, aku waktu itu kelas 3 SMU di salah satu SMU di Denpasar. Tapi sekarang aku kuliah di Jakarta di salah satu kampus yang tidak begitu terkenal di Jakarta. Aku memang sudah lama sekali sangat menginginkan tubuh tanteku itu, tapi butuh penantian yang lama, kira-kira sejak aku SMP. Mulailah kuceritakan isinya. Waktu itu sekitar jam 12.30 WITA, matahari benar-benar panasnya minta ampun, terus motorku endut-endutan. Wahhh! benar-benar reseh dah. Tapi akhirnya aku sampai di kost-kostan, langsung saja aku ganti baju, terus sambil minum air Aqua, wuahhh, segar tenan rek. Lalu tiba-tiba belum kurebahkan badan untuk istirahat handphone-ku bunyi, ternyata dari tanteku, lalu kujawab,
"Halo Tan, ada apa?"
"Kamu cepet dateng ya!" ucap tanteku.
"Sekarang?" tanyaku lagi.
"La iya-ya, masa besok, cepet yah!" ujar tanteku.
Lalu aku bergegas datang ke rumah tanteku itu.

Sesampainya di sana, kulihat rumahnya kok sepi, tidak seperti biasanya (biasanya ramai sekali), lalu kugedor pintu rumah tanteku. Tiba-tiba tanteku langsung teriak dari dalam. "Masuk aja Wa!" teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lalu aku masuk langsung ke ruang TV. Terus aku tanya,
"Tante dimana sih?" tanyaku dengan nada agak keras.
"Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa!" sahut tanteku.
Sambil menunggu tanteku mandi aku langsung menghidupkan VCD yang ada di bawah TV, dan menonton film yang ada di situ. Tidak lama kemudian tanteku selesai mandi lalu menghampiri aku di ruang TV. Oh my god! Tanteku memakai daster tipis tapi tidak transparan sih, tapi cetakan tubuhnya itu loh, wuiiihhh! Tapi perlu pembaca ketahui di keluargaku terutama tante-tanteku kalau lagi di rumah pakaiannya seksi-seksi.

Aku lanjutkan, lalu dia menegurku.
"Sorry ya Wa, Tante lama."
"Oh, nggak papa Tante!" ujarku rada menahan birahi yang mulai naik.
"Oom kemana Tante?" tanyaku.
"Loh Oom kamu kan lagi ke Singaraja (salah satu kota di Bali)," jawab tanteku.
"Memangnya kamu nggak di kasih tau kalo di Singaraja ada orang nikah?" tanya tanteku lagi.
"Wah nggak tau Tante, Dewa sibuk sih," jawabku.
"Eh Wa, kamu nggak usah tidur di kos-an yah, temenin Tante di sini, soalnya Tante takut kalo sendiri, ya Wa?" tanya tanteku sedikit merayu.
Wow, mimpi apa aku semalam kok tanteku mengajak tidur di rumahnya, tidak biasanya, pikirku.
"Tante kok nggak ikut?" tanyaku memancing.
"Males Wa," jawab tanteku enteng.
"Ooo, ya udah, terus Dewa tidur dimana Tan?" tanyaku lagi.
"Mmm... di kamar Tante aja, biar kita bisa ngobrol sambil nonton film, di kamar Tante ada film baru tuh!" ujar tanteku.
Oh god! what a miracle it this. Gila aku tidak menyangka aku bisa tidur sekamar, satu tempat tidur lagi, pikirku.
"Oke deh!" sahutku dengan girang.

Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.
"Waaa...! Dewaaa...! udah mandi belum?" teriak tanteku memanggil.
"Bentar Tan!" jawabku.
Memang saat itu aku sedang membersihkan motor, melap motor adalah kebiasaanku, karena aku berprinsip kalau motor bersih terawat harga jualnya pasti tinggi. Pada saat itu pikiran kotorku dalam sekejap hilang. Setelah melap motor, aku bergegas mandi. Di kamar mandi tiba-tiba pikiran kotorku muncul lagi, aku berpikir dan mengkhayalkan kemaluan tanteku, "Gimana rasanya ya?" khayalku. Terus aku berusaha menghilangkan lagi pikiran itu, tapi kok tidak bisa-bisa. Akhirnya aku mengambil keputusan dari pada nafsuku kupendam terus entar aku macam-macam, wah pokoknya bisa gawat. Akhirnya aku onani di kamar mandi. Pas waktu di puncak-puncaknya aku onani, tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja aku kaget, ternyata yang masuk itu adalah tanteku. Mana pas bugil, sedang tegang lagi kemaluanku, wah gawat!

"Sibuk ya Wa?" tanya tanteku sambil senyum manja.
"Eh... mmm... so... so... sorry Tan, lupa ngunci," jawabku gugup.
Tapi sebenarnya aku bangga, bisa menunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku pas keadaan puncak bisa mencapai 15 cm, pokoknya "international size" deh.
"Oh nggak papa, cepetan deh mandinya, terus langsung ke kamar ya, ada yang pengen Tante omongin."
"Oh my god, marah deh Tante, wah gawat nih," pikirku.
Lalu aku cepat-cepat mandi, terus berpakaian di dalam kamar mandi juga, tidak sempat deh melanjutkan onani, padahal sudah di puncak.

Setibanya di kamar tanteku, aku melihat tante memakai celana pendek, sangat pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, terus aku bertanya,
"Ada apa Tan, kayaknya gawat banget sih?" tanyaku takut-takut sambil duduk di atas tempat tidur.
"Enggak, Tante pengen cerita, tentang Oom-mu itu lho," ujar tanteku.
"Emangnya Oom kenapa Tan?" tanyaku lagi.
Dalam hatiku sebenarnya aku sudah tahu oom itu orangnya agak lemah, jadi aku berharap tante menawarkan kemaluannya padaku. Dengan seksama aku medengarkan cerita tanteku itu.

"Sebenernya Tante nggak begitu bahagia sama Oom-mu itu, tapi dibilang nggak bahagia nggak juga, sebabnya Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, dan pengertian, yang bikin Tante ngomong bahwa Tante nggak bahagia itu adalah masalah urusan ranjang," ujar tanteku panjang lebar.
"Maksud Tante?" tanyaku lagi.
"Ya ampun, masih nggak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu kalo diajak begituan suka cepet nge-down, nah ngertikan?" tanya tanteku meyakinkan aku.
"Ooo..." ucapku pura-pura tidak mengerti.
"Mmm... Wa, mau nggak nolongin Tante?" tanya tanteku dengan nada memelas.
"Bantu apa Tan?" tanyaku lagi.
"Kan hari ini sepi, terus Oom-mu kan nggak ada, juga sekarang Tante lagi terangsang nih, mau nggak kamu main sama Tante?" tanya tanteku sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku.

Gila! Ternyata benar juga yang aku khayalkan, Tanteku minta! Cihui! ups tapi jangan sampai aku terlihat nafsu juga, pikirku dalam-dalam.
"Tapi Dewa takut Tante, nanti ada yang ngeliat gimana?" ucapku polos.
"Loh...! kan kamu ngeliat sendiri, emang di sini ada siapa? kan nggak ada siapa-siapa," jawab tanteku meyakinkan.
"Ya udah deh," ujar tanteku sambil memulai dengan menempelkan tangannya ke kemaluanku yang sebenarnya sudah menegang dari tadi.
"Wow... gede juga ya! Buka dong celanamu Wa!" ujar tanteku mesra.
Lalu kubuka celanaku dengan cepat-cepat, dengan cepat pula tanteku memegang kemaluanku yang sudah over size itu. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. "Emf... ehm... mmm... gede banget kemaluanmu Wa!" ujar tanteku.

Aku tidak terlalu mendengarkan omongan tanteku, soalnya aku sudah "over" sekali. Lalu tanteku mulai menempelkan kemaluanku ke mulutnya, dan dengan seketika sudah dilumatnya batang kemaluanku itu.
"Oh God! Eh... eh... ehm... e... nak... Tante... terus Tan...!" ujarku merasakan nikmatnya kuluman tanteku itu. Tanteku lalu merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, lalu dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lalu ia memutar tubuhnya dan meletakkan liang kemaluannya di atas mukaku tanpa melepaskan kemaluanku dari mulutnya. Dengan sigap aku langsung menjilat liang kemaluan tanteku. Merasakan itu tanteku mengerang keenakan. "Aaah... Wa... enak... terus Wa... terus jilat...!" erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku makin bertambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan lagi, dan akibatnya tanteku mengalami orgasme yang dahsyat, sampai-sampai mukaku kena semprotan cairan kewanitaannya. "Oh Dewa... Tante sayang kamu... uh... ka.. ka... mu ponakan Tante paling... heee... bat... aaah," puji tanteku sambil mengerang merasakan nikmat.

Aku merasa bangga karena aku masih bertahan, lalu aku membalikkan tubuh tanteku sehingga ia terlentang. Kuangkat kedua kakinya sehingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelum aku mulai menu utamanya, pertama aku melucuti pakaiannya terlebih dahulu, setelah terbuka, aku mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, dan kemaluanku yang telah "over" tadi kuletakkan di atas perutnya sambil menggesek-gesekkannya. Perlahan aku menciumi tubuh tanteku dengan arah menurun, mulai dari puting terus ke perut lalu ke paha sampai akhirnya tiba di bibir kemaluannya. Dengan penuh nafsu aku menjilat, menyedot, sampai menggigit saking gemasnya, dan rupanya tanteku akan mengalami orgasmenya lagi. "Ooohh... Waaa... Tante mau keee... luuu.. aar! Aaah...!" erang tanteku lagi sambil menjambak rambut kepalaku sehingga wajahku terbenam di kemaluannya. "Wa, udah ah, Tante nggak kuat lagi, Oom-mu mana bisa kayak gini, udah deh Wa, lansung aja tante pengen langsung ngerasain itu-mu."

Tubuhnya kutopang dengan tangan kiri, sementara tangan kiri membimbing batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesulitan mencari liang kemaluan tanteku, akhirnya tanteku yang membimbing untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya. Setelah menempel di lubangnya, perlahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu diiringi dengan desahan tanteku. "Egghmm... terus Waa... pelan tapi terus Wa... egghhmm...!" desahan tanteku begitu merangsang. Aku sebenarnya tidak senang dengan permainan yang perlahan. Akhirnya dengan tiba-tiba dorongan batang kemaluanku, kukeraskan sehingga tanteku teriak kesakitan. "Aaahh... Waaa.. saaakitt... pelan-pelan... aargghhh..." teriak tanteku menahan sakitnya itu. Dan tidak percuma, batang kemaluanku langsung terbenam di dalam liang kehormatannya itu. Setelah itu batang kemaluanku, aku maju-mundurkan perlahan, untuk mencari kenikmatan.

Dengan gerakan perlahan itu akhirnya tanteku menikmati kembali permainan itu. "Ah... uh... terus Wa... enak sekali... itu-mu gede sekali... eggghh... lebih enak dari Oom-mu itu... terus Waaa..." erang tanteku keenakan. Lalu lama-lama aku mulai mempercepat gerakan maju-mundur, dan itu mendapat reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, hingga terasa batang kemaluanku mulai berdenyut,
"Tan... saya mauuu... kelu... arrr... nih...!"
"Di dalam aja Waaa... Tante... juugaa... mauuu keeluaaarr... aaarrgghh...!"
Akhirnya kami keluar bersama-sama, kira-kira enam kali semprotan aku mengeluarkan sperma. Aaahh... begitu nikmatnya.

Setelah itu kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, terus kuberikan ke mulut tanteku untuk dibersihkan. Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih ada di kepala kemaluanku hingga bersih. Setelah itu tanteku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan aku tetap berada di kamar, tiduran melepas lelah. Setelah tanteku selesai membersihkan diri, ia kembali ke kamar dan segera mencium bibirku, lalu ia bilang bahwa selama oom-ku di Singaraja, aku diharuskan tinggal di rumah tanteku dan aku jelas mengiyakan. Lalu tante juga bertanya apakah keadaan kostku bebas, maka kujawab iya. Lalu tante bilang bahwa kalau misalnya oom-ku ada di rumah, terus tanteku ingin main denganku, tanteku akan mencariku ke kost, aku hanya manggut-manggut senang saja.

Jumat, 10 April 2015

Cerita Seks : Tante Imel dan anaknya

Standard
Masih ingat sama saya ? Nama saya Vito, 35 tahun, saya yang beberapa waktu lalu bercerita tentang hubungan saya dengan kakak beradik Mirna dan Rere. Sekarang saya sudah tidak pernah bertemu mereka lagi, karena sehubungan dengan Andre -suami Mirna- yang dipindah tugaskan ke Jawa Timur, beserta keluarganya tentu saja. Kepindahan Mirna, sekitar 2 bulan lalu itu, tentu saja membawa dampak yang kurang baik bagi saya. Bagaimana Tidak ? selama hampir 5 bulan hubungan kami, saya mendapatkan pengalaman sex yang amat sangat indah dan hebat. Sekarang ? Ya,... saya terpaksa ?bertugas? lagi dengan Jenny, istri saya.
Tapi, saya punya pengalaman unik lagi. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,...

Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ?adik kecil? saya bangun, bagaimana tidak,... ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

Eh,...ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang ?Om, mau main bola sama Grisa gak ??
?Eh,... mmh,... boleh,... kamu sama kakakmu ya ?? tanya saya gugup.
?Iya,... itu kakak !? katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. ?Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
?Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!? kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. ?Ooo,... sama maminya, toh? kata saya,?Papi kamu ndak ikut Rev ??
?Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,... jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener? katanya lucu.
Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, ?Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??
?Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.?
?O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin? Tapi yang menjawab si kecil Grisa, ?Boleh,... Om boleh ikut,...."

Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,... pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,... 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,... kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.?Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana??, tanya saya.
?Anu mas,... dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,? jawab Imel ogah-ogahan.
?Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,? timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, ?Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu".
?Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,...? kata saya sambil tersenyum.?Eh Iya,... Mas Vito mau minum apa ?? tanya Imel sembari bangkit dari sofa, ?Kopi mau ?
?Eh,... iya deh boleh,... ? jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.?Ini kopinya,...? katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, ?Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?? Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, ?Eh,... mmh,... boleh-boleh aja,... tapi emangnya Om Vito mau ?? Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, ?Yah,... mau sih,... ?
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, ?Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ??
?Eh, iya,... ? jawab saya, ?kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ???Mmh, belom ngantuk,... ? jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.?Ya ampun,... mami,... bajunya itu lho, gak sopan banget.?
?Gak papa Rev?, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,? kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, ?Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ??

Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.? Rev? kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,... mami masih mau ngobrol sama Om Vito,... sana tidur!? kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, ?Iya, Rev? besok telat masuk sekolahnya,... kamu tidur duluan sana.?Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, ?Aaahh,... mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,...? tapi dia masuk juga ke kamarnya.
Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.?Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,... kamu ndak takut apa kalo? aku apa-apain ? ?Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,? kata Imel dengan mimik muka sedih.?Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,... wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,? kata saya bercanda.
?Dan lagi kamu punya ?itu? mengkel banget,...?Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, ?Itu apa mas ???Mmh, boleh aku jujur tidak ???Boleh,... ngomong aja ??Anu,... payudaramu itu lho,... mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ?anu?mu pasti seukuran satu sendok makan? kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.?Ooo,... ini,? kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, ?Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran...?Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, ?Ini,.. mu,... buka dong bajumu !? kata saya asal.
Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.?Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,...? kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ?adik? dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.

Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ?Veggy?nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,... dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : ?Mel, aku mau keluar,... dimana nih ??Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, ?Di dalam aja mas ! biar lengkap ?Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.

Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ?Mr. Penny? saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ?Mr. Penny? saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ?vladimir?, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.?Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,? katanya, ?Aku mau nyuci ?ini? dulu,? sambil dia mengelus vaginanya sendiri.?Ya,... jangan lama-lama,... ? kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,... dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.?Loh, Rev... kamu belum tidur ?? tanya saya setengah panik.?Belum.? Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ?Mr. Penny? saya dengan bantal sofa. ?Om, tadi ngapain sama mami ?? tanyanya lagi.?Eh,... anu,... Om sama mami lagi... ? belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih...),Imel berkata, ?Rev kamu ngapain, kok belum tidur ??Revi berpaling menghadap Maminya, ?Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ??Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.?Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,? kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. ?Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.?Revi terlihat sedikit bingung, ?Hal itu hal apa Om ??Di sini, Imel mencoba menjelaskan, ?Rev, Mami jangan disalahin ya,...Revi sayang Mami kan ??Revi tersenyum, ?Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ??Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, ?Om Vito sama Mami lagi making love.

Kamu tahu artinya kan ???Mmh,... iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,... Revi mau lihat,? jawab Revi.Wah,... kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. ?Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?? tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, ?Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,... biar bisa?. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, ?Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,... Om sih mau aja ngajarin.?Revi merajuk, merayu Maminya, ?Mi, boleh ya ??Imel ragu-ragu menjawab, ?Kamu lihat aja dulu deh ya ?!?Sambil tersenyum Revi menjawab, ?Iya deh,...,? senang sekali ia.
Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ?memamerkan? batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.?Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?? kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ?Mr. Penny? saya. ?Revi sudah pernah ciuman belom ?? tanya saya.?Belum Om.??Mau Om ajarin ndak ?? tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.?Mau !? jawabnya singkat.?Ya sudah,... Revi ikutin Om aja ya,... apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!?Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.

Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito ?kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ?Mr. Penny? saya.?Rev, sekarang kamu jongkok disini ya ? kata Imel, ?Kamu hisap ?Mr. Penny?nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, ? Imel tersenyum sayang kepada Revi, ?Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ??Revi menjawab singkat, ?Bisa, mam ?Saya mengarahkan si ?adik? ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. ?Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !? Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ?Veggy? muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ?Mr. Penny? saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ?Mr. Penny? saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ?adik?, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ?Veggy?nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ?Veggy?nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ?vladimir?, Revi saya suruh menjilatinya.?Mmmhhh,..... Om... kok asin sih rasanya ?? protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, ?Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!?Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ?Mr. Penny? saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ?Mr. Penny? dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,... wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ?perang alat kelamin? di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ?sibuk? ?Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?? katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya).
Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.

TAMAT

Cerita Seks Terbaru : Pejantan Kampung

Standard
Matahari hari mulai terbenam di ufuk barat ketika Jamaluddin Azis, yang
lebih akrab dipanggil Azis, baru saja bangun dari tidurnya. Dengan mata masih mengantuk, Azis berusaha bangun dan mengambil handuk yang kemudian dililitkan dipinggangnya. Kemudian dia berjalan menuju sungai, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya.

Pemuda berusia 16 tahun, berwajah ganteng dan bertubuh atletis ini berjalan melintasi persawahan sambil bernyanyi kecil. Azis adalah figur pemuda kampung yang supel, ramah dan pintar bergaul. Ayahnya Pak Brata adalah seorang petani yang cukup berhasil. Pak Brata memiliki tiga orang istri. Azis anak satu-satunya dari isteri ketiga Pak Brata. Ibunya bernama Ani, biasa dipanggil Bu Ani, seorang penjual kue dipasar yang letaknya tidak begitu jauh dari kampungnya.

Menurut cerita orang-orang kampung, Azis bukanlah anak kandung Pak Brata. Ibunya sudah hamil tiga bulan ketika dikawin Pak Brata. Ibunya dihamili majikannya sewaktu ibunya masih menjadi TKW di Arab. Makanya, wajah Azis mirip dengan orang Arab.

Singkat cerita, Azis sudah hampir sampai disungai. Sore ini, Azis merasakan ada sesuatu yang lain dari biasanya. Dimana sungai tempatnya mandi, biasanya ramai. Tumben hari ini sepi sekali. Oh, mungkin aku bangun kesorean, pikir Azis dalam hati. Sambil melanjutkan langkahnya berjalan. Azis dikejutkan oleh suara seorang perempuan sedang merintih dan mendesah-desah. Suara itu
datangnya dari arah sungai. Azis merasa penasaran oleh suara-suara itu. Dia mendekati arah suara itu.

Alangkah terkejutnya Azis melihat pemandangan didepannya, yang membuat berdiri terpaku. Pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya langsung. Dimana, Mbak Siti tetangganya, sedang mandi sambil meraba-raba buah dadanya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Azis segera mencari tempat yang agak tersembunyi, mengintip Mbak Siti. Mbak Siti yang dalam keadaan telanjang bulat, tidak menyadari kalau didepannya seseorang sedang melihatnya dengan mata melotot dan jakun yang naik turun.

Wanita berusia 25 tahun, yang sudah setahun ditinggal suaminya menjadi TKI ini, semakin asyik meremas-remas buah dadanya.
"Akh.., ohh.., oohh.., " desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulutnya, membuat Azis semakin terpukau memandangnya. Azis merasakan penisnya menegang dibalik celana dalamnya. Tanpa sadar dia menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya.

Azis meraba-raba kemaluannya yang makin lama makin mengeras. Azis semakin bernafsu saat Mbak Siti, meraba-raba vaginanya sendiri. Kemudian Mbak Siti memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Dicucuk-cucuknya vaginanya sendiri sambil mulutnya mendesah-desah. Membuat Azis semakin tak kuat menahan nafsu birahinya. Azis melepaskan handuk dan celana dalamnya lalu mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegak. Diraihnya kemaluannya, kemudian dikocok-kocoknya.

Saat Azis sedang asik mengocok-ngocok penisnya. Tanpa disadarinya Mbak Siti telah berdiri tanpa busana didepannya.
"Kamu lagi ngapaain Zis," tanya Mbak Siti.
"Maaf.., Mbak.., maaf," sahut Azis tergagap, tanpa melepaskan pandangan dari tubuh telanjang Mbak Siti.
"Kamu lihat ini ya," tanya Mbak Siti sambil menunjuk vaginanya.

Azis hanya diam, tak menyahut. Hatinya berdebar-debar melihat tatapan mata Mbak Siti.
"Kamu suka Zis," tanya Mbak Siti sambil tersenyum. Tanpa menunggu jawabab Azis, Mbak Siti menggerakkan tangannya meraih penis Azis.
"Aow, penismu gede sekali Zis, panjang lagi," jerit Mbak Siti. Mbak Siti mengelus-elus lembut penis Azis dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya meraba-raba buah pelir Azis. Azis merasakan badannya panas dingin. Baru kali ini penisnya dipegang dan dielus-elus seorang
wanita.

Mbak Siti yang sudah berpengalaman bersetubuh dengan laki-laki, sangat tahu kalau Azis sangat menginginkannya. Tanpa melepaskan kocokkannya pada penis Azis, Mbak Siti mendekatkan mulutnya ke mulut Azis. Perlahan dikecupnya bibir Azis. Mbak Siti membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya mengisi rongga mulut Azis yang mulai terbuka. Azis menyambutnya lumatan Mbak Siti dengan pagutan yang hebat pula. Cukup lama mereka bercumbu. Mbak Siti kemudian melepaskan lumatannya pada mulut Azis. Kemudian dia menjilati leher Azis. Azis mendesah-desah merasakan nikmat.

Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mbak Siti kemudian menjilati dada Azis lalu turun dan berhenti dibawah pusar Azis. Cukup lama Mbak Siti memainkan lidahnya di bawah pusar Azis. Kemudian Mbak Siti berjongkok didepan Azis. Mbak Siti mendekatkan wajahnya keselangkangan azis. Mbak Siti menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala penis Azis.
"Oohh.., Mbakk.., akh.., nik.. mat," desah Azis penuh nafsu, ketika lidah Mbak Siti berputar dan menari-nari dikepala penisnya. Mbak Siti semakin bernafsu menjilati penis azis, dari kepala penis sampai kepangkal dijilatinya. Tanpa sejengkalpun terlewatkan.
"Oohh.., Mbak.., Mbak.., enak," jerit Azis saat Mbak Siti memasukkan penis Azis ke mulutnya.
Kepala Mbak Siti bergerak maju mundur mengulum penis Azis. Penis Azis disedotnya kuat-kuat
sampai pipi Mbak Siti kempot.
"Akhh.., truss.., Mbakk.., truss," suara Azis seperti mengigau keenakan.

Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Siti, menyudahi kulumannya. Kemudian dia membentangkan handuknya diatas rumput. Azis disuruhnya tidur terlentang. Mbak Siti kemudian berjongkok diatas selangkangan Azis. Diraihnya batang penis Azis, dikocok-kocoknya sebentar lalu diarahkan
tepat kelubang vaginanya.

Mbak Siti mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit penis Azis memasuki lubang vagina Mbak Siti. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisnya amblas kelubang vagina Mbak Siti. Azis merasakan penisnya seperti dipijit-pijit. Baru pertama kali inilah penisnya masuk kelubang vagina wanita. Nikmatnya luar biasa. Apalagi saat Mbak Siti mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penis azis keluar masuk dari lubang vaginanya. Kenikmatan yang sama juga dirasakan Mbak Siti. Sudah setahun lebih dia tidak merasakan nikmatnya bersetubuh. Apalagi penis Azis jauh lebih besar dari kepunyaan suaminya.

"Ohh.., Ziss.., penismu.., enak banget," desis Mbak Siti.
Mbak Siti semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Diselingi gerakkan berputar dan bergoyang ke kiri dan ke kanan. Azis tak mau tinggal diam, pantatnya disodok-sodokkan ke atas dan ke bawah seirama gerakkan Mbak Siti. Tangannya meremas-remas pantat Mbak Siti.

Sekitar empat puluh menit sudah mereka bersetubuh. Mbak Siti semakin mempercepat gerakan pantatnya, ketika dirasakannya orgasmenya hampir sampai. Demikian juga Azis semakin cepat dia menyodok-nyodokkan pantatnya.
"Ohh.., Zis.., akuu.., mauu.., keluarr," jerit Mbak Siti.
"Akuu.., juga.., Mbakk," sahut Azis.
"Keluarin di dalem aja Zis, lebih enak," pinta Mbak Siti.
Azis mengaggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Mbak Siti. Beberapa detik kemudian tubuh mereka sama-sama mengejang, keringat mereka bercucuran. Dan hampir bersamaan, mereka berteriak lantang ," Aku.., keluarr." Dan tumpahlah sperma Azis yang cukup banyak dilubang vagina Mbak Siti.

Mbak Siti kemudian dia turun dari tubuh Azis, dan berjongkok disamping. Diraihnya penis Azis dan dikocok-kocoknya sebentar. Mbak Siti mendekatkan kepalanya keselangkangan Azis. Sambil tersenyum penuh arti, Mbak Siti menjilati penis Azis. Sisa-sisa sperma dipenis Azis dijilatinya sampai bersih.

Setelah beristirahat sebentar, Mbak Siti kemudian mengenakan pakaiannya. Membiarkan Azis yang masih terlentang tanpa busana.
"Zis, nanti malam ke rumahku ya, akan kulayani kamu sampai pagi," bisik Mbak Siti ditelinga Azis. Azis mengangguk, kemudian bangkit dan mengecup bibir Mbak Siti dengan mesra.
"Makasih Mbak, Mbak telah memberiku pelajaran yang luar biasa. Sambil melangkah pergi, Mbak Siti tersenyum bangga, telah berhasil meraih keperjakaan Azis.

Azis kemudian turun kesungai untuk membersihkan. Dia merasa bangga, karena hari ini dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Pengalaman pertama kali menikmati enaknya vagina wanita.
Pengalaman yang sudah lama diidam-idamkannya.

Malam harinya Azis datang kerumah Mbak Siti, memenuhi undangannya. Azis berdiri didepan pintu rumah, lalu mengetuknya.
"Mbak, Mbak Siti," panggil Azis.
"Masuk aja Zis, nggak dikunci," sahut Mbak Siti dari dalam.

Azis kemudian masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Dia melangkahkan kakinya mendekati kamar Mbak Siti. Didalam kamar Mbak Siti telah menunggunya. Saat Azis memasuki kamar Mbak Siti, didapatinya Mbak Siti sedang duduk diatas ranjang tanpa mengenakan selembar benang. Kedua kakinya terbuka lebar-lebar. Mbak Siti menyuruh Azis mendekat dan berjongkok dilantai.
"Zis, jilatin vaginaku sayang," pinta Mbak Siti.
Azis menuruti permintaan Mbak Siti. Dia lalu berjongkok dilatai. Wajahnya didekatkan
keselangkangan Mbak Siti. Lidahnya dijulurkan dan ditempelkan ke bibir vagina Mbak Siti.
Dan Azis mulai menggerak-gerakkan lidahnya, menjilati bibir vagina Mbak Siti.

"Ohh.., Zis.., enakk.., truss.., truss," desah Mbak Siti keenakkan saat lidah Azis memasuki lubang vaginanya. Lidah Azis menari-nari didalam vagina Mbak Siti. Kelentit Mbak Siti dicucuk-cucuk dan disedot-sedotnya. Pantat Mbak Siti terangkat-angkat menerima jilatan Azis. Bibirnya
mendesis. Sesekali Azis memindahkan jilatannya kelubang anus Mbak Siti.
"Akhh.., akuu.., tak.., tahan.., Zis," desis Mbak Siti sambil meraih kepala Azis dan membenamkannya keselangkangannya.

Beberapa menit berlalu, azis menyudahi jilatannya. Kemudian dia berdiri sambil melepaskan
seluruh pakaiannya. Setelah semuanya terlepas, Azis meraih penisnya yang sudah setengah tegang.
Dikocok-kocoknya penisnya sendiri hingga tegang penuh. Setelah dirasa cukup Azispun menempelkan penisnya kelubang vagina Mbak Siti. Didorongnya tubuh Mbak Siti, hingga terlentang diranjang. Kedua kaki Mbak Siti diangkat tinggi-tinggi, hingga ujung kaki Mbak Siti berada diatas bahunya.

Dengan sekali dorongan saja, penis Azis melesat masuk ke lubang vagina Mbak Siti yang telah basah dan memerah.
"Aow Zis, pelan-pelan sayang," jerit Mbak Siti.
Tanpa menghiraukan jeritan Mbak Siti, Azis memaju mundurkan pantatnya, membuat penisnya
keluar masuk dilubang vagina Mbak Siti.
"Zis.., teruss.., sayang.., sodok teruss," pinta Mbak Siti penuh nafsu.
"Mbak.., enak.., banget.., Mbak," sahut Azis.
Azis semakin mempercepat sodokkannya ketika dirasakannya vagina Mbak Siti berkedut-kedut, otot-otot vagina Mbak Siti menegang dan menjepit penisnya.

"Zis,..akuu.., mauu.., ke., keluarr," teriak Mbak Siti.
Beberapa menit kemudian Mbak Siti menjerit sangat keras,"
Ziss.., akuu.., keluarr,".
Tubuh Mbak Siti mengejang. Tangannya mencengkeram sprei dengan keras. Dan Mbak Sitipun meraih orgasmenya. Cairan-cairan hangat merembes dari lubang vaginanya. Membasahi penis
azis.

"Kamu belum keluar Zis," tanya Mbak Siti beberapa saat setelah berhasil menguasai dirinya.
"Mbak akan puaskan kamu Zis," kata Mbak Siti, sambil menarik tubuhnya. Mbak Siti kemudian menungging, membelakangi Azis, dengan kaki berpijak dilantai sementara tangannya mencengkeram tepi ranjang.
"Zis, masukkin penismu keanusku," perintah Mbak Siti, sambil meraih penis Azis yang ada dibelakang pantatnya. Azis memajukkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh lubang anus Mbak Siti.
"Dorong Zis, dorong," pinta Mbak Siti tak sabaran. Azis menuruti kemauan Mbak Siti, didorongnya pantatnya lebih maju. Dan sedikit demi sedikit batang penisnya memasuki lubang anus Mbak Siti. Setelah seluruh batang penisnya masuk, Azis mulai memaju mundurkan pantatnya. Sempitnya lubang anus Mbak Siti menjepit penis Azis. Mbak Siti mengimbangi gerakkan Azis dengan menyodok-nyodokkan pantatnya, sambil mencucuk-cucuk vaginanya sendiri.

Azis semakin bersemangat mendorong-dorong pantatnya, saat dirasakannya penisnya berkedut-kedut.
"Mbakk.., akuu.., mau., keluarr," jerit Azis dengan nafas terengah-engah.
"Aku juga Zis, kita keluarin bareng Zis," sahut Mbak Siti.

Beberapa menit kemudian Azis merasakan otot-ototnya menegang. Dan crot.. crot.. crot..
Azis menumpahkan spermanya didalam lubang anus Mbak Siti.

Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi. Sampai badan mereka kelelahan dan tertidur. Sejak saat itu, hampir setiap malam mereka menikmati persetubuhan. Azis ketagihan atas pelayanan yang diberikan Mbak Siti. Begitu juga Mbak Siti sangat puas. Rasa kesepiannya yang telah setahun
ditinggal suaminya, kini terobati. Nafsu birahinya yang meledak-ledak kini tersalurkan.
Siang hari itu, Azis pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil dia melangkah menuju rumahnya. Begitu membuka pintu rumahnya Azis terkejut, pintu rumahnya tidak
terkunci. Azis merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan mengendap-endap Azis masuk kedalam rumahnya. Samar-samar Azis mendengar suara orang mendesah-desah diselingi rintihan-rintihan. Azis penasaran dibuatnya. Azis berusaha mencari sumber suara-suara itu.

Ketika dia mendekati kamar ibunya, suara-suara itu, semakin keras terdengar. Azis menghentikan langkahnya didepan kamar ibunya. Suara itu semakin keras terdengar. Ibu lagi ngapain ya, pikirnya. Rasa ingin tahunya semakin kuat, Azispun mengintip dari lubang pintu.

Alangkah terkejutnya Azis, melihat pemandangan di dalam kamar ibunya. Didalam kamar, Bu Ani, ibunya sedang berdiri sambil memeluk tubuh Pak Kades. Tangan Bu Ani melingkar dipinggang Pak Kades. Sedangkan tangan Pak Kades sedang meremas-remas pantat Bu Ani, yang padat berisi.

Tanpa melepaskan tangannya dari pantat Bu Ani, Pak Kades mencium pipi Bu Ani, kemudian menjulurkan lidahnya mengecup bibir Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya, menyambut kecupan Pak Kades dengan lumatan-lumatan yang tak kalah hebatnya. Saking asiknya mereka bercumbu, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengintip dengan hati yang panas. Bahkan percumbuan mereka makin
panas saja.

Beberapa saat berlalu, Pak Kades melepaskan lumatannya pada bibir Bu Ani. Tangannya kemudian bergerak melepaskan seluruh pakaian Bu Ani. Setelah semuanya terlepas, Pak Kades memandangi sebentar tubuh Bu Ani yang telanjang bulat sambil berdecak kagum.
"Oh, luar biasa An, tubuhmu masih sexy," puji Pak Kades.
Bu Ani tersenyum mendengar pujian Pak Kades, sambil menggerakkan tangannya, melepaskan seluruh pakaian Pak Kades. Kini kedua insan berlainan jenis itu sama-sama telanjang bulat.

Tanpa membuang waktu, Pak Kades menyuruh Bu Ani tidur terlentang diatas ranjang. Kemudian Pak Kades merangkak diatas tubuh Bu Ani dengan posisi sungsang. Selangkangan Pak Kades berada diatas wajah Bu Ani, begitu juga sebaliknya. Wajah Pak Kades berada diatas selangkangan Bu Ani. Pak Kades membuka paha Bu Ani lebar-lebar, tangannya meraba-raba bibir vagina Bu Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Pak Kades mencucuk-cucuk lubang vagina Bu Ani dengan jari-jarinya.

"Ohh.., Mas.., enakk.., truss.., truss," rintih Bu Ani saat Pak Kades mulai menjilati vaginanya. Pak Kades menyedot-nyedot kelentit Bu Ani yang memerah dan basah. Pantat Bu Ani terangkat-angkat menyambut jilatan-jilatan Pak Kades pada lubang vaginanya.
"Jilatin punyaku An," pinta Pak Kades.
Bu Ani menuruti saja permintan Pak Kades. Tangannya meraih penis Pak Kades, yang sudah setengah
tegang. Dikocok-kocoknya sebentar, kemudian diarahkannya kemulutnya. Pak Kades menurunkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh mulut Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Bu Ani mulai menjilati kepala penis Pak Kades.

Lidahnya berputar-putar di kepala penis Pak Kades kemudian turun kepangkal. Seluruh Batang penis Pak Kades dijilatinya tanpa sejengkalpun terlewatkan.
"Ohh.., An.., nikmatt.., truss.., kulum.., truss," desis Pak kades saat Bu Ani memasukkan penis Pak Kades kemulutnya. Pak Kades menaik turunkan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk dari mulut Bu Ani. Sesekali Bu Ani menggigit penis Pak Kades. Pak Kades meringis dibuatnya.

Sekitar dua puluh menit berlalu, Pak Kades merubah posisinya. Kini dia tidur terlentang diatas ranjang. Bu Ani disuruhnya naik keatas tubuhnya. Bu Ani mengikuti saja perintah Pak Kades. Bu Ani berjongkok diatas selangkangan Pak Kades. Diraihnya penis Pak Kades, dituntunnya kelubang vaginanya. Setelah dirasa pas, Bu Ani mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit penis
Pak Kades masuk kelubang vagina Bu Ani. BU Ani terus menurunkan pantatnya sampai seluruh batang penis Pak Kades amblas tertelan lubang vaginanya. Kemudian Bu Ani menggerakkan pantatnya naik turun. dimulai dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat. Sesekali Bu Ani memutar-mutar
pantatnya. Membuat penis Pak Kades serasa dipelintir.

Pak Kades tak mau ketinggalan. Dia menyodok-nyodokkan pantatnya mengimbangi gerakkan pantat Bu Ani. Azis yang dari tadi mengintip ibunya sedang bersetubuh dengan Pak Kades, sedikit kagum melihat goyangan pantat ibunya diatas tubuh Pak Kades. Nafsu birahinya bangkit. Dilepaskannya seluruh pakaian seragam sekolahnya. Setelah telanjang bulat, Azis meraih penisnya. Dikocok-kocoknya penisnya sendiri sambil mengintip. Tak terasa sudah tiga puluh menit Bu Ani menggoyang-goyangkan pantatnya. Bu Ani semakin cepat menggenjot tubuh Pak Kades, saat dirasakannya
orgasmenya sudah dekat. Demikian juga Pak Kades, sodokkan-sodokkan pantatnya semakin cepat.
"Ohh.., Mas.., akuu.., mauu.., keluarr," jerit Bu Ani.
"Akuu.., jugaa.., An.., " sahut Pak Kades.

Beberapa saat kemudian kedua insan yang sedang bersetubuh itu, merasakan otot-ototnya menegang. Diiringi teriakkan yang hampir bersamaan, tubuh mereka menggelepar. Pak Kades menyemprotkan spermanya didalam lubang vagina Bu Ani. Setelah menuntaskan birahinya, Bu Ani turun dari atas tubuh Pak kades, kemudian merebahkan tubuh dan tertidur disamping Pak Kades. Pak Kades kemudian bangkit dan mengenakan pakaian. Dipandanginya tubuh Bu Ani yang sedang tertidur pulas. Dengan melompati jendela kamar, Pak Kades keluar dari kamar Bu Ani.

Begitu Pak Kades keluar dari kamar ibunya, Azis yang sudah dirasuki nafsu birahi, segera membuka kamar ibunya. Sambil mengocok-ngocok penisnya yang sudah tegang, Azis memandangi wajah ibunya yang sedang tertidur pulas.

Nafsu setan sudah merasuki diri Azis. Tanpa berpikir panjang Azis segera menindih tubuh ibunya. Kedua kaki ibunya, dibukanya lebar-lebar. Kemudian Azis menggenggam penisnya dan diarahkan kelubang vagina ibunya. Dan Azis mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit, sampai
seluruh penisnya amblas tertelan lubang vagina ibunya. Saat Azis mulai menggerakkan pantatnya naik turun, Bu Ani terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia, saat tahu Azis, anak kandungnya sedang menyetubuhinya.

"Zis, jangan Zis, aku ibumu," teriaknya berusaha berontak. Tapi sia-sia. Azis terlalu kuat baginya. Dengan mudah azis meringkus ibunya. Azis memegang erat-erat kedua tangan ibunya dan menyumpal mulut ibunya dengan mulutnya. Dengan buasnya Azis melumat mulut ibunya. Bu Ani yang sudah kehabisan separuh tenaganya, sehabis bersetubuh dengan Pak Kades tadi tak kuasa melawan keberingasan anaknya. Perlawanannya mulai melemah.

Sodokan-sodokan penis Azis pada lubang vaginanya, pelan-pelan membangkitkan nafsu birahinya. Tanpa sadar Bu Ani mengimbangi gerakan pantat Azis, dengan menyodok-nyodokkan pantatnya. Sambil meracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat jorok, yang seharusnya tidak keluar dari
mulut seorang ibu. Azis semakin bersemangat menggopyang-goyangkan pantatnya.

"Ohh, Zis truss Zis, entot ibu Zis," rintih Bu Ani merasakan nikmat. Azis semakin cepat memompa vagina ibunya, ketika dirasakannya vagina ibunya berkedut-kedut. Otot-otot vagina ibunya menegang. Bu Ani mencakar-cakar punggung Azis disertai teriakkan panjang.
"Zis.., ibu.., keluarr," jeritnya. Vaginanya menjepit penis Azis dan tangannya menarik pantat Azis, membuat penis Azis semakin terbenam di lubang vaginanya. Dan akhirnya Bu Ani mencapai orgasmenya. Cairan hangat membasahi dinding vaginanya.

Azis yang belum mencapai orgasmenya, membalikkan tubuh ibunya lalu menarik kaki ibunya hingga menjuntai ke lantai. Kemudian dia mendekatkan wajahnya kelubang anus ibunya. Azis menjulurkan lidahnya menjilati lubang anus ibunya. Jilatan-jilatan azis membangkitkan lagi nafsu birahi ibunya. Bu Ani pasrah saja atas perlakuan anaknya. Bu Ani menggelinjang, saat Azis mencucuk-cucuk lubang anusnya. Tangannya bergerak kebelakang meraih kepala Azis, membenamkannya dipantatnya.

Puas menjilati anus ibunya, azis meraih penisnya. Dituntunnya kelubang anus ibunya. BU Ani berteriak kesakitan, saat Azis memaksakan penisnya menembus lubang anusnya. Rasa panas dan perih pada dinding dan bibir anusnya tak tertahankan lagi. Bu Ani berusaha berontak menghindar, tetapi tangan Azis yang menekan punggungnya, membuatnya tak berdaya. Azis mulai mendorong dan menarik
pantatnya memompa lubang anus ibunya. Tubuh Bu Ani terguncang-guncang oleh sodokkan-sodokkan anaknya. Dia melolong menahan rasa sakit yang luar biasa.

Dengan terus menyodomi ibunya, Azis memeluk tubuh ibunya dari belakang dan meremas-remas buah dada ibunya. Nafasnya terengah-engah. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali.Saat mendekati puncak birahinya, Azis mempercepat pompaanya. Diiringi lolongan panjang, Azis menyemprotkan spermanya dilubang anus ibunya. Membasahi bibir dan dinding anus ibunya.

Sesaat kemudian Azis bangkit dan menyuruh ibunya duduk ditepi ranjang. Azis menyodorkan penisnya kemulut ibunya. Meminta ibunya menjilati sisa-sisa spermanya. Bu Ani menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan, menolak permintaan anaknya. Tapi Azis tak kehabisan akal. Ditariknya
kepala ibunya dan dibenamkan keselangkangannya lalu dipencetnya hidung ibunya. Membuat ibunya kesulitan bernafas dan terpaksa membuka mulutnya. Saat itulah Azis langsung menyodokkan penisnya dan menjejalkan kemulut ibunya.
"Ayo Bu, isep sampai bersih," pinta Azis.
Dengan sangat terpaksa, dan menahan rasa jijik, Bu Ani mengulum penis anaknya dan menjilati sisa-sisa sperma anaknya.

Malam itu, azis memaksa ibunya melayani nafsu birahinya sampai pagi. Sampai dia benar-benar puas. Bu Ani tak kuasa menolak keinginan anaknya.Hari-hari berikutnya, Bu Ani menjadi budak nafsu anaknya. Dia harus selalu siap melayani nafsu birahi anaknya. Mula-mula Bu Ani melakukannya dengan terpaksa, tetapi lama-lama dia ketagihan juga disetubuhi anaknya.
Untuk menyambut datangnya Tahun Baru, dikampung Azis diadakan bermacam-macam hiburan. Mulai dari wayang kulit sampai dangdut. Hiburan yang paling disenangi Azis adalah dangdut, terutama goyangan erotis penyanyi wanitanya yang membangkitkan nafsu birahi.

Saat malam Tahun baru tiba, sekitar jam 20.00 WIB, Azis bergegas berangkat kelapangan bola menonton dangdut bersama teman akrabnya Joni. Jaraknya sekitar dua kilo dari tempat tinggal Azis. Acara baru saja mulai ketika Azis tiba disana. Namanya juga acara gratis, penontonnya banyak sekali.

Saking asiknya menikmati pertunjukkan, Azis tak sadar kalau temannya Joni tak ada lagi disampingnya. Azispun celingukan mencari Joni. Saat mencari Joni, Azis bertemu dengan Titi, anak Pak Kades.
"Ti, ada lihat Joni nggak?," tanya Azis.
"Nggak tuh, aku juga lagi cari Mbak Yuli, kamu ada lihat nggak?," Titi balik bertanya.
"Ngga ada," sahut Azis pendek.
"Zis, tolong anterin aku pulang ya!," pinta Titi.
"Ntar deh, acaranya lagi bagus nih," sahut Azis.
"Tolong dong Zis, aku takut pulang nih," rengek Titi.

Lama-lama Azis kasihan juga sama Titi. Dengan setengah hati Azis mengantar Titi pulang. Untuk menuju rumah Titi yang berdekatan dengan rumah Azis, mereka harus melewati sawah dan kebun yang cukup gelap. Saat melewati perkebunan, tiba-tiba pohon berderak keras, mengejutkan mereka.
Tanpa sadar Titi memeluk tubuh Azis. Azis tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan. Dibalasnya pelukan Titi dengan dekapan yang erat. Azis mendekatkan bibirnya kebibir Titi. Dikecupnya bibir gadis itu. Tanpa diduga Titi membalas kecupan Azis. Mulutnya terbuka menyambut lidah Azis yang terjulur dan memasukkan kemulutnya.

Merasa mendapat angin segar, Azis menggerakkan tangan kirinya mengelus-elus punggung Titi, kemudian Azis menyusupkan tangan kirinya kebalik kaos ketat Titi. Semakin lama semakin panas mereka bercumbu. Sesaat kemudian, Azis menyudahi cumbuannya. Dibopongnya tubuh Titi yang sexy, ke sebuah rumah kosong tak jauh dari situ. Ketika sampai di rumah itu, dengan posisi berdiri sejajar, mereka bercumbu lagi, bahkan lebih panas lagi.

Setelah berhasil melepaskan kaos dan BH Titi, Azis meremas-remas pantat Titi yang montok. Membuat Titi menggerinjal-gerinjal merasakan nikmat. Titi memainkan tangannya kearah penis Azis yang sudah setengah tegang. Dan penis Azis semakin tegang saja, saat Titi menyusupkan tangan
kebalik celana dalam Azis. Dan mengocok-ngocok penis Azis. Luar biasa nikmat yang dirasakan Azis, dia sama sekali tidak menyangka. Titi yang masih belia, dan baru berumur 15 tahun, sangat lihai memainkan penisnya.

Beberapa saat kemudian Azis menghentikan cumbuannya. Kemudian dia berjongkok di depan Titi. Azis menyibak rok mini yang dikenakan Titi dan merenggangkan kedua kaki gadis itu. Sesaat Azis terpana memandang paha Titi yang putih mulus. Pangkalnya menggunduk dibungkus celana dalam
transparan, sehingga samar-samar Azis dapat melihat bentuk vagina Titi yang dihiasi bulu tipis kemerahan. Sambil menciumi dan menjilati pangkal paha Titi, Azis menyusupkan tangannya ke balik celana dalam Titi. Meremas-remas vagina Titi. Titi mendesah-desah merasakan nikmat.

"Ohh.., Mas.., enakk.., truss," desah Titi saat Azis menjilati vagina dari balik celana dalam. Membuat Azis semakin bersemangat menjilati vagina gadis itu. Sesaat kemudian Azis melepaskan rok dan celana dalam Titi. Kini vagina Titi yang dihiasi bulu-bulu tipis terpampang di depan mata Azis. Mata Azis terbelalak melihat pemandangan di depannya yang begitu indah.

Azis menjulurkan lidahnya dan memainkannya dibibir vagina Titi. Sedikit demi sedikit mulai masuk kelubang vagina Titi. Azis mencucuk-cucuk vagina Titi sambil meremas-remas pantat gadis belia itu. Saking nikmatnya, Titi mendorong maju pantatnya dan membenamkan kepala Azis di selangkangannya.

Beberapa saat kemudian Titi merasakan otot-otot vaginanya menegang.
"Mas.., akuu.., tak tahan," jerit Titi dibarengi dengan keluarnya cairan hangat yang merembes didinding vaginanya. Titi telah mencapai orgasmenya.
Setelah diam beberapa saat, Azis kemudian berdiri. Sambil melepaskan seluruh pakaiannya, Azis menyuruh Titi tidur terlentang dilantai beralaskan celana dan kaosnya. Titi menuruti saja perintah Azis. Kemudian Azis mengangkangi wajah Titi. penisnya yang sudah tegang penuh, disodorkan kemulut Titi. Titi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Dia mulai menjilati penis Azis, dari kepala turun kepangkal. Buah pelir Azis tak luput dari jilatannya.

"Oohh.., Tii.., enak.., banget," desis azis menahan nikmat, saat Titi memasukkan penis Azis kemulutnya. Azis memaju mundurkan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk dari mulut Titi. Sekitar dua puluh menit Titi mengulum penis Azis yang besar dan panjang. azis kemudian mencabut penisnya dari mulut Titi. Kemudian Azis berjongkok diselangkangan Titi. penisnya diarahkan tepat kelubang vagina Titi.
"Aow.., sakit.., Mas.., jangan," pekik Titi saat penis Azis yang keras dan kaku mulai menembus lubang vaginanya yang masih perawan.
"Tahan Ti, lama-lama pasti enak," sahut Azis sambil terus mendorong maju pantatnya.

Baru setengah batang penisnya masuk, Azis menarik lagi kemudian mendorongnya lagi.
"Aow.., Mas.., ampun," pekik Titi lebih keras, saat seluruh batang penis Azis masuk kelubang vaginanya dan merobek selaput daranya. Darah segar mengalir dari lubang vagina Titi, merembes kesela-sela pahanya.

Azis tak menghiraukan jeritan Titi. Dengan sangat bernafsu Azis menaik turunkan pantatnya. Setelah sepuluh menit Azis menggoyang-goyangkan pantatnya, jeritan-jeritan Titi mulai melemah kemudian menghilang, berganti dengan desahan-desahan nikmat. Desahan-desahan dan jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut Titi membuat Azis semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Tiga puluh menit berlalu, Titi menjepitkan kedua kakinya kepinggang Azis. Pantatnya terangkat. Tampak Titi akan orgasme. Azis juga merasakan hal yang sama, penisnya berkedut-kedut. Azis mempercepat gerakkan pantatnya.

"Oohh.., sshh.., oohh," pekik mereka hampir bersamaan. Tubuh keduanya menggelinjang hebat saat mencapai puncak kenikmatan. Azis membiarkan penisnya terbenam beberapa saat dilubang vagina Titi, kemudian dia merebahkan tubuhnya disamping gadis itu. Sesaat kemudian mereka tertidur pulas.

Sekitar satu jam tertidur, Azis terbangun karena merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di selangkangannya. Azis tersenyum ketika melihat Titi sedang mengocok batang penisnya. Pelan-pelan batang penis Azis mulai menegang. Ketika sudah tegang penuh, Titi menjilati, kemudian mengulum penis Azis.
"Truss.., Ti.., enakk.., nik.. matt," desis Azis tertahan, merasakan nikmatnya kuluman Titi pada batang penisnya. Selang beberapa menit, Titi menyudahi kulumannya. Kemudian Titi berjongkok diatas selangkangan Azis. Tangan Titi meraih penis Azis dan mengarahkannya kelubang vaginanya. Pelan-pelan Titi mulai menurunkan pantatnya dan sedikit demi sedikit batang penis Azis masuk kelubang vaginanya. Azis merasakan batang penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang vagina Titi.

Setelah seluruh batang penis Azis masuk kelubang vaginanya, Titi segera menaik turunkan pantatnya. Mula-mula dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat. Azis mengimbangi gerakan pantat Titi dengan menyodok-nyodokkan pantatnya keatas. Seirama gerakkan pantat Titi.

Beberapa saat berlalu, mereka berganti posisi. Azis menyuruh Titi menungging, dengan tangan dan lutut bertumpu dilantai. Kemudian azis berlutut dibelakang pantat Titi. Azis menggenggam penisnya lalu membimbingnya kelubang vagina Titi. Kedua tangan Azis memegang pinggang Titi.
"Aow.., enakk.., nikmat," desah Titi, saat Azis mulai mendorong pantatnya dan mendorongnya dari belakang. Kedua buah dada Titi bergoyang-goyang seirama dorongan pantat Azis.Desahan dan jeritan Titi semakin keras ketika Azis semakin cepat memaju mundurkan pantatnya.
"Oohh.., Mas.., aku.., nggak kuat.., aku.., mau," pekik Titi terputus-putus.
Beberapa saat kemudian tubuh Titi terhentak-hentak hebat dan mengejang mencapai klimaks.

Setelah Titi mencapai orgasmenya, Azis mencabut batang penisnya dari lubang vagina Titi. Kemudian dia berlutut dibelakang Titi, lalu dia mendekatkan wajahnya kepantat Titi. Azis menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati lubang anus Titi. Titi hanya diam menunggu dan tak mengerti apa yang akan dilakukan Azis. Dia membiarkan saja ketika lidah Azis mencucuk-cucuk lubang anusnya. Sekitar lima belas menit berlalu, Azis menyudahi jilatannya pada lubang anus Titi. Kini dia berdiri dibelakang Titi dan mengusap-usapkan kepala penisnya kelubang anus Titi.

Titi menjerit keras menahan sakit saat Azis mulai mendorong pantatnya dan batang penisnya memaksa masuk menembusi lubang anus Titi. Tanpa memperdulikan jeritan Titi Azis terus mendorong pantatnya hingga seluruh batang penisnya amblas tertelan lubang anus Titi. Tanpa membuang waktu lagi Azis langsung menggerakkan pantatnya maju mundur. Jeritan-jeritan Titi membuat Azis semakin bernafsu dan semakin bersemangat menggerakkan pantatnya dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, Azis merasakan orgasmenya sudah diambang pintu. Dia menggerakkan pantatnya semakin cepat dan liar.

Diiringi jeritan yang sangat panjang, Azis mencapai orgasmenya. Dia menekankan pantatnya kuat-kuat dan mencengkeram erat pinggang Titi. Dia menyemburkan sperma yang cukup banyak di lubang anus Titi. Setelah menuntaskan orgasmenya, Azis mencabut batang penisnya dan mendekatkannya ke wajah Titi. Sambil tersenyum Titi membuka mulutnya dan menjilati sisa-sisa sperma yang blepotan di penis Azis.

Setelah beristirahat beberapa menit, mereka mengenakan pakaian masing-masing. Sekitar jam 24.00 WIb, Azis mengantar Titi kerumahnya. Dalam perjalanan pulang, sambil memeluk erat pinggang Titi, Azis tak henti-hentinya tersenyum. Senyum penuh kemenangan karena berhasil membobol perawan anak Pak Kades, orang terhormat dikampungnya, yang selama ini berselingkuh dengan ibunya.

Gaya Pacaran Cewek Sesuai Umurnya

Standard

Bukan cuma ukuran, tapi umur juga menentukan segalanya, iya kan? Salah satunya, urusan pacaran. Beda kan gayanya kalau pacar kamu umurnya 17 sama kalau umurnya 27? Nah, kali ini MBDC akan bahas gimana gaya pacaran sesuai umur si cewek. Kenapa harus dibahas? Ya supaya kamu bisa menyesuaikan dong. Mari!

1. Cewek di Bawah 17 tahun

Punya pasangan masih muda kaya gini, enaknya kamu akan selalu merasa muda dan ceria. Kamu juga pasti selalu update sama perkembangan zaman. Gaya pacaran kamu pasti setiap weekend kamu beredar di tempat paling hits di kota atau konser paling hipster. Biasanya juga, kamu akan jadi pasangan yang selalu melindungi alias bodyguard. Cewek umur segini juga masih seneng ngumpul bareng gengnya. Biasanya sih kamu diminta anter jemput dia dan temen-temennya. Nggak apa-apa sih, sekalian cuci mata ke temen-temennya. Enaknya lagi, orangtuanya bisa langsung percaya sama kamu karena kamu terkesan bertanggung jawab. Nggak enaknya, kalau diajak gaul sama temen-temennya ke pensi, kamu sering dikira kakaknya atau kalau lagi sial, dikira omnya.

2. Cewek Usia 20an

Kalau kamu pacaran sama cewek kuliahan atau baru lulus umur 20-an, kamu beruntung banget karena konon cewek usia segini sedang mekar-mekarnya. Ibaratnya ini adalah masa keemasan buat cewek deh! Kalau kamu jauh lebih tua dari cewek kamu, pasti kamu terlihat keren karena bisa menggaet cewek semuda ini. Sebaliknya, kalau kamu lebih muda pasti kamu bisa dianggap berpengalaman. Biasanya cewek umur segini masih senang mengeksplorasi dunianya sendiri tapi kadang-kadang masih butuh kamu. Jadi kamu sama dia masih bisa sama-sama punya waktu luang dan nggak ke mana-mana harus dianter sana-sini. Susahnya, karena lagi mekar-mekarnya, kamu juga harus waspada sama 'kumbang-kumbang' lain yang mau mendekat.  Biasanya sih karena lagi mekar, mereka senang menyebar benih di mana-mana!

3. Cewek Usia 30an

Buat kamu yang punya pacar cewek umur segini, jangan khawatir! Bukan artinya kamu punya selera yang tua justru kamu nggak usah susah-susah basa-basi tarik ulur sama cewek seumuran ini. Biasanya mereka mau yang jelas-jelas aja dan sudah tahu maunya apa. Tapi tahu maunya apa di sini belum tentu spesifik ya. Dia tetep bisa bilang kalo dia laper, tapi gak tau mau makan apa dan kamu yang harus menentukan. Yang pasti banget cewek umur segini harus tahu pacaran ini tujuannya apa. Jadi pada umumnya agak susah nih kalo kamu pacaran sama cewek umur segini tapi niat kamu cuma gejol doang. Biasanya sih dia bakalan rewel nanya mau dibawa kemana hubungan kamu.

4. Cewek Usia 40an

Cewek umur segini sih sebenarnya bisa dibilang kembali ke pubernya lagi. Mereka senang dimanjain lagi, senang diperhatikan lagi, senang bikin kejutan lagi. Ibaratnya, kamu bisa dapat segala kesenangan dalam diri cewek umur 17-30 tahun dalam diri cewek umur 40 tahun. Asik kan? Ada saatnya dia bisa jadi manja kaya anak kecil, bisa mendadak pengen berpetualang sendiri atau kadang bisa merasa yang paling tahu sedunia. Nah, kalau sudah kaya gini siap-siap menghadapi mood yang bisa berubah-ubah tiap saat.

 5. Cewek Usia 50 Tahun ke Atas

Hmm. Biasanya sih cewek usia 50 tahun ke atas udah gak niat pacaran ya. Biasanya antara mereka udah nyaman sendiri aja atau ya udah maunya kawin aja langsung. Di usia 50 tahun, seseorang sih biasanya udah gak terlalu eksploratif lagi kalo masalah cinta-cintaan. Mereka mau yang pasti dan jelas aja. Kalo kamu pacaran sama cewek usia 50 tahun ke atas, maka bersiap-siaplah diomongin di belakang sama orang-orang. Kamu pasti dikira cuma mau memanfaatkan harta si cewek. Atau kamu dikira brondong mainan tante-tante. Kecuali kamu juga umur 50 tahunan sih.
Nah demikianlah. Jadi kalo kamu mau pacaran sama seorang cewek, pastikan gaya pacaran kamu disesuaikan dengan usia si cewek. Dijamin akan mempermudah hidup kamu.
*Mau membahas artikel ini lebih dalem lagi? Bahas di forum aja yuk!